Kalian pernah gak mencabuti kulit sekitar ujung jari-jari
tangan atau kaki? Mencabuti kulit bibir yang terkelupas? Ataupun bekas luka
kering? Well, I bet most of you have done
that. Ada sensasinya gitu kalau mencabuti / mengkopek hal-hal seperti itu.
Dulu, pas kecil pasti rada sering, namanya juga anak kecil. Semakin bertambah
usia, semakin jarang orang seperti itu karena gak mau ada bekas-bekas luka
ditubuhnya, ataupun terkadang mulai mengubah pola pikirnya yang beranggapan
jika mencabuti kulit-kulit tersebut adalah tindakan bodoh atau tidak baik demi
kesehatan atau apapun alasannya. Akan tetapi, bagaimana kalau seseorang sudah
terlalu addicted dengan hal mencabuti
kulit-kulit tersebut?
The problem is I got
that ‘problem’ which is so damn hard for me to stop. Bermula dari gue
kecil, sering jatuh dan ada luka keringnya jadi gue suka cabutin tuh
kulit-kulitnya, berlanjut hingga kulit di jari tangan/kaki, dan kulit bibir. Ortu,
tante, paman, nenek, teman, saudara, semua deh udah pada marahin gue karena gue
sering melakukan hal tersebut. ‘Masalah’ tersebut bertambah parah hingga
walaupun bibir gue gak lagi pecah-pecah, tetap cari bagian yang bisa gue
kopekin, or walau ujung jari
kaki/tangan gue gak ada yang bisa dikopekin, tetap ngopek kulitnya. Semakin
bertambah usia, malah gue semakin ketagihan. Sewaktu SMA, gue sering bawa
gunting kecil dan gue gunakan pas lagi bosan dengan mapel tertentu. Gue ambil
guntingnya, lalu gue gunting kulit diujung-ujung jari gue, bahkan biasanya gue
gunting kulit dijempol gue (biasa ditengah jempol bagian dalam ada 1 garis
gitu, gue gunting bagian situ), pas bagian situ habis bagian yang gampang
digunting, gue lanjut ke jari-jari lainnya. Teman sebangku gue biasanya marahin
gue, bahkan guntingnya ditahan. Sangking sebelnya kali ya teman gue yang gak
sebangkupun pernah ambil gunting gue yang sampe sekarang gak balik lagi tuh
gunting, walaupun selanjutnya tetap gue beli gunting baru buat gunting
kulit-kulit gue lagi.