Sunday, August 21, 2016

Random Fact #7

Kalian pernah gak mencabuti kulit sekitar ujung jari-jari tangan atau kaki? Mencabuti kulit bibir yang terkelupas? Ataupun bekas luka kering? Well, I bet most of you have done that. Ada sensasinya gitu kalau mencabuti / mengkopek hal-hal seperti itu. Dulu, pas kecil pasti rada sering, namanya juga anak kecil. Semakin bertambah usia, semakin jarang orang seperti itu karena gak mau ada bekas-bekas luka ditubuhnya, ataupun terkadang mulai mengubah pola pikirnya yang beranggapan jika mencabuti kulit-kulit tersebut adalah tindakan bodoh atau tidak baik demi kesehatan atau apapun alasannya. Akan tetapi, bagaimana kalau seseorang sudah terlalu addicted dengan hal mencabuti kulit-kulit tersebut?

The problem is I got that ‘problem’ which is so damn hard for me to stop. Bermula dari gue kecil, sering jatuh dan ada luka keringnya jadi gue suka cabutin tuh kulit-kulitnya, berlanjut hingga kulit di jari tangan/kaki, dan kulit bibir. Ortu, tante, paman, nenek, teman, saudara, semua deh udah pada marahin gue karena gue sering melakukan hal tersebut. ‘Masalah’ tersebut bertambah parah hingga walaupun bibir gue gak lagi pecah-pecah, tetap cari bagian yang bisa gue kopekin, or walau ujung jari kaki/tangan gue gak ada yang bisa dikopekin, tetap ngopek kulitnya. Semakin bertambah usia, malah gue semakin ketagihan. Sewaktu SMA, gue sering bawa gunting kecil dan gue gunakan pas lagi bosan dengan mapel tertentu. Gue ambil guntingnya, lalu gue gunting kulit diujung-ujung jari gue, bahkan biasanya gue gunting kulit dijempol gue (biasa ditengah jempol bagian dalam ada 1 garis gitu, gue gunting bagian situ), pas bagian situ habis bagian yang gampang digunting, gue lanjut ke jari-jari lainnya. Teman sebangku gue biasanya marahin gue, bahkan guntingnya ditahan. Sangking sebelnya kali ya teman gue yang gak sebangkupun pernah ambil gunting gue yang sampe sekarang gak balik lagi tuh gunting, walaupun selanjutnya tetap gue beli gunting baru buat gunting kulit-kulit gue lagi.



Kalau bibir? Gue suka kopek hingga gak sadar sudah berdarah. Biasanya gue sadar pas ada yang bilangin/pas lihat jari-jari gue udah banyak cairan merahnya / pas memang terasa perih. Tentu saja gue sadar itu tindakan yang cukup bodoh (atau emang bodoh?) karena kulit bibir gue jadi rada selalu kelihatan merah, pecah-pecah, kasar, dan luka-luka. Kaki ? Gue biasanya cabut kulit hanya disekitar jempolnya doang, hingga akhirnya walau udah sampe berdarah dan merasa masih gak puas, gue juga sengaja gunting kulit dibagian telapak kaki gue dan cabut pakai tangan. Efeknya? Pas jalan ya terasa gak enak gitu dan ada bagian-bagian yang kulitnya tumbuh lebih tebal dari bagian laiinya. Another stupid me.

Walau udah berdarah dan terasa perih berkali-kali, tetap aja ngelakuin dan bahkan kalau gak berdarah rasanya ada yang kurang gitu. Walau begitu, y ague tetap ajalah takut kalau terluka akibat sesuatu yang gak gue inginkan. Sampai sekarangpun masih gue lakukan, bahkan mungkin sudah semakin parah. Jika bagian bibir udah gak bisa dikopekin, gue gigit pipi bagian dalam gue, kamu tau ada bagian-bagian yang bisa digigit dan kulitnya akan terkelupas karena gigitan itu tanpa terasa sakit? Masalahnya gue gak berhenti sampai disana, gue terkadang gigit hingga berdarah dan hasilnya gue sering sariawan. Sariawan bukan karena panas dalam, gak sengaja tergigit, salah makan, melainkan karena gue sendiri yang gigit dan mengakibatkan sariawan itu (ini agak jarang sih karena sariawan bikin gue susah makan, tapi tetap ad ague lakukan). Seperti sekarang ini, gue lagi sariawan dibagian pipi dalam sebelah kiri which makes me so damn hard to eat, drink, or even to talk.

Gak pengen berhenti? Pengen banget! Namun, susah sekali. Keluarga gue saranin gue untuk sering pakai lipgloss, karena kalau gue pakai jadi gak beranin pegang bibir ntar lengket-lengket gimana gitu. It works, only for a few months karena sekarang gue balik lagi suka kopek bibir. Gunting? Selama kuliah gue jarang perlu gunting, jarang juga bawa kotak pensil, jadi untungnya kebiasaan gue bersama gunting udah hampir gak pernah gue lakuin lagi. Gue juga udah agak berkurang mencabuti kulit disekitar jari tangan karena sekarang gue sengaja panjangin kuku, jika panjangin kuku daerah kulit yang gue cabuti jadi susah dijangkau. Walaupun begitu, gue masih sering bikin luka disekitar jari kaki gue dan telapaknya. Bener-bener pengen berhenti tapi susah benget rasanya. Pas udah berhenti, ntar sekali buat lagi bakal addicted again.

Gue juga udah merasa cukup kesal dengan diri sendiri yang gak bisa konsisten dalam tahap untuk tidak ‘melukai diri’ ini. Mau orang sekesal apapun gue lakuin ini, tetap aja ntar gue bakal lakuin. Kalian pernah nonton gak “ My strange addiction “ ? Kalau gak salah sih itu judulnya. Ada 1 episode tentang 1 wanita yang juga ketagihan dalam mencabuti kulit-kulitnya yang terluka, well dia sedikit lebih ekstrem sih karena dia sengaja menggunakan gunting dan melukai bagian tertentu agar lukanya kering dan bisa dia cabuti kulitnya atau bahkan pas berdarah-darahpun dia bisa korek-korek bagian sampingnya. Wanita ini juga udah kebiasaan dari kecil, dari tindakan kecil yang semakin lama semakin parah dan cukup kelewatan hingga benar-benar melukai dirinya sendiri.
Gue tentu saja gak mau seperti itu karena gue sadar yang gue lakuin sekarang aja sudah gak ‘normal’ untuk terus dilakukan. Banyak orang-orang yang gak kenal dengan gue bakal anggap gue kurang sopan karena gue terkadang suka mencabuti kulit-kulit gue pas lagi ngobrol dengan mereka atau pas lagi dengarin ceramah dan gue mulai cabuti kulit yang ingin gue cabuti dan lain sebagainya. Padahal memang faktanya keinginan untuk mencabuti kulit itu susah sekali untuk ditolak. Terkadang semakin gue tahan, rasa ingin mencabutnya semakin menjadi-jadi bahkan rasanya harus sampai berdarah dulu baru bisa berhenti untuk ‘sementara waktu’.

Rasanya masih cukup frustasi untuk bisa mendapatkan cara agar benar-benar berhenti. Selain gue bikin post kali ini agar para readers sekalian bisa lebih mengenal gue, disaat yang bersamaan juga mau berterima kasih kepada keluarga, teman, atau siapapun kalian yang telah membantu gue agar berhenti dari kebiasaan ini. Well, walaupun pada faktanya masih gue lakukan hingga sekarang, setidaknya kalian pernah memberikan gue motivasi untuk berhenti dan menahan gue dalam tindakan menyakiti diri ini. Bagi kalian yang mungkin punya masalah yang sama, maupun kebiasaan berbeda namun gak seharusnya dilakukan, sesulit apapun mari kita sama-sama mencoba untuk berhenti ya. Gue juga masih on progress untuk benar-benar bisa berhenti.


Thank you for you guys who are so generous to spend your time and read this post. I wish nothing but hope this can cherish those people who might think that you’re different just because you do something abnormal, there are lots of people out there that look normal only on the outside. Goodnight, everyone!

No comments:

Post a Comment